William Gibson dan Kutipannya yang Menggugah. Saya menemukan kutipan ini ketika membaca artikel di situs ma.tt ‘Wowza!‘. Bahkan saya mengesampingkan larangan Igor Schwarzmann, berhenti menggunakan kalimat ini. Hal ini menempatkan kita semua pada posisi hidup di masa depan yang menjadi milik orang lain bukan milik kita sendiri. William Gibson menggunakan kutipan dan frasa itu untuk mengembangkan kehidupannya sendiri.
Baca juga : ma.tt milik Matthew Mullenweg menjadi situs yang sering saya kunjungi
William Gibson, seorang penulis terkenal dalam dunia sastra fiksi ilmiah, telah memberikan dunia sebuah kutipan yang memukau: “The future is already here – it’s just not evenly distributed.” Kutipan ini menjadi semacam mantra bagi mereka yang tertarik dengan perkembangan teknologi, sosial, dan ekonomi. Dalam satu kalimat singkat ini, Gibson menyajikan pandangan yang dalam tentang bagaimana masa depan telah tiba, meskipun belum merata bagi semua orang.
Gibson, dikenal karena karyanya yang mendahului zaman, seperti “Neuromancer” dan “Pattern Recognition,” telah menjelajahi konsep masa depan dengan sudut pandang yang unik. Kutipannya ini adalah refleksi dari pemahamannya tentang dunia modern.
Saya coba membahas secara singkat makna dari kutipan tersebut.
Pertama, “The future is already here” mengacu pada kenyataan bahwa banyak teknologi dan perubahan signifikan dalam masyarakat telah terwujud. Banyak perkembangan yang beberapa dekade lalu mungkin terlihat sebagai mimpi futuristik, seperti komunikasi global melalui internet, kendaraan otonom, dan kecerdasan buatan, kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa inovasi dan perkembangan terus berlangsung, bahkan lebih cepat dari yang mungkin kita bayangkan.
Namun, Gibson menambahkan, “it’s just not evenly distributed.” Kutipan ini mengingatkan kita bahwa meskipun masa depan sudah tiba, manfaatnya belum tersebar secara merata di seluruh masyarakat. Terdapat ketidaksetaraan akses dan pemanfaatan terhadap kemajuan teknologi dan perkembangan sosial. Banyak orang di penjuru negeri ini masih belum merasakan manfaat penuh dari kemajuan ini, baik karena alasan ekonomi, geografis, atau sosial.
Contoh konkret dari ketidakmerataan ini dapat ditemukan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan infrastruktur. Sementara beberapa daerah atau kelompok masyarakat telah merasakan dampak positif dari perkembangan teknologi dan inovasi, ada yang masih tertinggal. Masalah ini juga mencakup ketidaksetaraan ekonomi dan sosial yang semakin membesar di beberapa daerah.
Kutipan Gibson ini juga mencerminkan bahwa untuk mencapai masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan, perlu adanya usaha untuk meratakan distribusi manfaat dari perkembangan masa depan. Ini menekankan pentingnya kolaborasi global, inovasi inklusif, dan kebijakan yang mendukung akses yang lebih merata terhadap teknologi, pendidikan, dan kesempatan ekonomi.
Dengan menggabungkan pandangan masa depan yang optimis dengan kesadaran akan ketidakmerataan yang ada, kutipan ini mendorong kita untuk bertindak. Kita dapat bekerja bersama untuk memastikan bahwa “masa depan” yang ada sekarang akan menjadi kenyataan yang merata bagi semua orang, bukan hanya untuk segelintir priviliged.
Terdapat banyak tindakan kecil dan sederhana yang bisa kita lakukan. Pertama, edukasi dan kesadaran adalah kunci. Berbagi pengetahuan tentang perkembangan teknologi dan isu-isu sosial dengan orang-orang di sekitar kita dapat membantu memerangi ketidakmerataan. Kedua, mendukung inisiatif inklusif seperti akses internet yang terjangkau di komunitas-komunitas terpencil, menyumbangkan perangkat yang tidak terpakai, atau menjadi relawan dalam program pendidikan dan pelatihan teknologi bagi mereka yang membutuhkannya. Ketiga, mendukung kebijakan dan organisasi yang mempromosikan kesetaraan akses dan kesempatan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan pendidikan.
William Gibson telah memberikan dunia kutipan yang penuh inspirasi, mengingatkan kita akan pentingnya kesetaraan dalam menghadapi masa depan yang semakin cepat berkembang. Melalui kesadaran akan ketidakmerataan ini, kita dapat bersama-sama membentuk dunia yang lebih adil dan inklusif untuk semua orang.
Wacana ‘harapan’
Tahun 2020-2022 harusnya distribusi masa depan yang berkaitan dengan teknologi untuk memajukan layanan digital di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di seluruh Indonesia dengan pembangunan 4.200 menara BTS sudah terwujud. Alih-alih terwujud, justru 80 persen anggarannya di korupsi rame-rame.
Memang, jika harapan ini menjadi kenyataan, kita akan melihat sebuah perubahan yang substansial dalam kehidupan masyarakat yang selama ini terbelakang dalam hal akses internet. Tidak akan lagi kita temui situasi di mana individu merasa terasing karena desa mereka tidak memiliki akses internet, menyebabkan ketidakmampuan mereka untuk mengakses informasi yang seharusnya telah mudah dijangkau melalui perangkat seluler di genggaman mereka.
Tinggalkan komentar: