Jujur saja, banyak yang lesu. Banyak yang bingung. Bahkan, ada yang apatis. Lalu kita berpura-pura semuanya baik-baik saja. Tapi tidak. Kita sedang butuh suntikan semangat baru bukan sekadar motivasi sesaat, tapi kesadaran
Saya sering bilang, "Jadilah manusia independen." Maksudnya, jangan sampai kita hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Harus minta izin untuk segala hal, takut salah sedikit langsung kena semprot, dan ujung-ujungnya nggak punya
Jadi, bagi saya, bulutangkis adalah lebih dari sekadar memukul kok; ia adalah sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara mendalam dengan orang lain.
Koran cetak mungkin terlihat sebagai sesuatu yang kuno di era digital ini, tetapi transformasi mereka menjadi barang mewah menunjukkan bahwa media ini masih relevan dan memiliki tempat khusus.
Kami merasa yakin para tokoh Muhammadiyah tersebut memiliki potensi, SDM, kapasitas dan kapabilitas untuk dapat memajukan daerah dalam hal ini Kota Palangka Raya.
Bukan hanya sekadar berbicara, dialog membuka ruang untuk saling mendengarkan, memahami, dan mencari jalan tengah yang memuaskan bagi semua pihak terlibat, begitulah kenapa dialog adalah solusi.
Contoh konkret dari ketidakmerataan ini dapat ditemukan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan infrastruktur. Sementara beberapa daerah atau kelompok masyarakat telah merasakan dampak positif dari perkembangan teknologi dan inovasi, ada yang
Dalam konteks yang lebih luas, ketika sektor usaha formal, seperti pegawai negeri dan perusahaan, terbatas dan mengalami penurunan, sementara jumlah pekerja meningkat, pendekatan yang diambil adalah menciptakan SDM unggul yang mampu menciptakan
Mengatasi arogansi komunikasi bukanlah proses yang mudah, tetapi dengan kesadaran diri dan kemauan untuk berubah, kita dapat meningkatkan cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Melalui komunikasi yang lebih empatik, menghargai, dan terbuka,
Mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan adalah perjalanan yang terus berubah. Tidak ada rumus ajaib yang akan bekerja untuk semua orang, karena setiap individu memiliki kebutuhan dan situasi yang berbeda.
Jatuh air mata saya saat sampai pada adegan Buya Hamka dihadapkan dengan fitnah. Betapa kecilnya fitnah yang menimpa kita. Sungguh, kita harus belajar.
Mungkin, sikap teladan yang ingin beliau tampilkan. Bahwa ketika ingin bergerak tidak perlu banyak syarat. Baju harus sama, atau kopiah harus sama. Kadang, kita terhalang oleh apa yang namanya 'syarat dan ketentuan'.
Berat memang kalau kita harus beradu nalar untuk menilai. Semestinya kita kedepankan dialog 'solution' jika berjilid-jilid demo belum menunjukan hasil berupa solusi.
Seharusnya, imaji budaya, sosial, relasional, dan individu atas konsep diri harus dijaga. Memang, personal identitas menjadi sesuatu yang bisa dinamis dan bisa dibentuk.