Dialog daun-daun

(Ketika sehelai demi sehelai rontok, bagi dedaunan waktu adalah penguasa atas segala yang tumbuh). Aku menatapmu merekah. Karena kutahu kau adalah harapan.

Oleh

Yandi Novia

Update on:

Getar itu sewarna hijau dan menyepuh puncak-puncak

Dimana kau tak bersamaku

Kupu adalah transformasi bentuk yang pernah mengukir seringai di wajahmu.

Dia, begitu pun aku 
di antara batu-batu dam malam,
warna pucat dan hitam,
hujan dan sepi.

Di mana aku dan kau
sebenarnya tak berjarak hanya saja mata terkadang seperti langkah yang seenak hati
menerobos tanpa peduli.

Getar itu seharum kembang dan membasuh sekujur nafas
kerinduanku tentang Kau

Air mengalir ke tempat lebih rendah
dimana kau membantah
aku yang melawan arus
dan berdiam di masa lalu

(ketika sehelai demi sehelai rontok, bagi dedaunan waktu adalah penguasa atas segala yang tumbuh)

Aku menatapmu merekah
Karena kutahu kau adalah harapan.

(ketika sehelai demi sehelai mati dan terlupa, dedaunan meninggalkan jejak sepia atau lumat diremas tanah)

Aku mengajakmu sekali lagi
Karena masih ada sedikit harapan untuk hidup.

***
November 7, 2016
03:16 pm            

Yandi Novia

Pada tahun 2010 saya memulai membangun sebuah blog. Belajar menulis, mengedit, dan belajar hal-hal baru seperti desain grafis dengan corel draw, membangun web hingga menerima jasa pembuatan web, video editing, dan content creator. Saya juga pekerja freelance pada bidang komunikasi dan mobilisasi sosial. Mari Berteman!

Tags:

Pos Terkait:

Tinggalkan komentar: