Sastra

Izinkan aku

“laa yukallifullah hunafsan illa wus ‘aha”. Terus ku baca dalam keheningan. Aku yang merasa dekat dari ketidakberdayaan. Menjadi semakin kuat. Karena firman-Nya, nyata dan memeluk dalam rasa.

Sastra

Firdaus kecil

di sini : sebuah firdaus kecil, petualang kecil, keliaran kecil, luput dari pupil yang tak meruncing.

Sastra

Suara alam

itu suara alam, yang ingin berkata tapi memilih untuk diam".

Sastra

Quo Vadis

atau mewahnya, impian tentang bebas, dan warna-warna, tak lagi tipuan, yang mengekang, sebuah pilihan

Sastra

Capo Di Capi

di sini, dalam sepi itu, apa yang tak kuurai, kecuali air mata yang berasal dari Cinta dan debu. Lihat aku! Berjuta noda.

Sastra

Sepeda tua

Angkuh tidak akan menjadikan kita lebih baik. Belajarlah dari keangkuhan yang telah runtuh.

Sastra

Dialog daun-daun

(Ketika sehelai demi sehelai rontok, bagi dedaunan waktu adalah penguasa atas segala yang tumbuh). Aku menatapmu merekah. Karena kutahu kau adalah harapan.

Sastra

De Javu

Aku diam. Sebagaimana belantara di sini. Gelas-gelas mengering.

Sastra

Nocturno

Ini bukan negeri, Tempat lahir Neruda, Lelaki yang menyanyikan palma, ikan, roti dan rakyat.

Sastra

Ujung perjuangan cinta

Aku sadar, bahwa ini hanya awal. Sangat dini untuk mengatakan semuanya pahit, akan banyak lagi proses selanjutnya yang penuh dengan perjuangan.