Liputan

Khairani Sekar Ayu, Mahasiswi Kedokteran 28 Hari di Polandia

Khairani Sekar Ayu atau akrab disapa Khairani adalah mahasiswi Universitas Yogyakarta (UMY), tepatnya di Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Ia terpilih dalam program pertukaran pelajar ke Polandia, Juni 2019 yang lalu.

Program tersebut merupakan program unggulan dari organisasi CIMSA (Center for Indonesian Medical Students’ Activities) yang terdapat di beberapa universitas di Indonesia salah satunya di UMY yang dinamakan MMSA (Muhammadiyah Medical Students’ Activities).

Organisasi ini berafiliasi dengan IFMSA (International Federaration of Medical Student’s Association) yaitu organisasi mahasiswa kedokteran tingkat internasional yang rutin mengadakan exchange program setiap tahunnya.

Dalam sistem pembelajaran di Polandia sendiri, gadis asal Kalimantan Tengah ini menjelaskan bahwa pembelajaran disana terbagi menjadi dua, berdasarkan profesi dan berdasarkan penelitian.

“Saya kemarin mengikuti yang berdasarkan profesi, sehingga di sana saya lebih belajar mengenai health care system dan juga sesuai departemen yang saya dapatkan yaitu Thoracic Surgery”, jelas Khairani.

“Karena saya mendapatkan departemen bedah, maka selama 28 hari saya berkunjung ke RS di sana dan menyaksikan secara langsung operasi-operasi yang sedang berlangsung, kita juga diperbolehkan membantu dokter sesuai dengan kemampuan kita”, tambahnya.

Mengenai kultur disana, bagi Khairani sangat berbeda, terutama dalam segi pemikiran, harus terbuka. Tidak boleh takut untuk bertanya, berkenalan, dan berteman dengan semua orang yang ditemui.

“Kulturnya jelas sangat berbada, sehingga kita diharuskan memiliki pemikiran yang terbuka. Jangan takut untuk bertanya, berkenalan, dan berteman dengan orang-orang yang kita temui”, jelas Khairani.

Menurutnya, mahasiswa di Polandia pun sangat membantu dan dengan senang hati memberikan pelatihan mengenai hal-hal basic yang perlu diketahui tentang hidup di Polandia. “Mereka juga siap menemani kita kalau ingin jalan-jalan. Jadi tidak perlu takutlah untuk mengatasi kultur yang berbeda”, ujarnya.

Menjadi tantangan tersendiri katanya, di sana cukup sulit untuk beribadah, terutama karena masjid sedikit, dan perlu ekstra hati-hati bagi muslim kalau ingin makan, karena kebanyakan makanan yang tidak halal.

Semua bisa diatasi, karena Khairani tidak sendiri di sana. Yang mengikuti program ini berasal dari banyak negara. “Kebetulan saya kemarin satu-satunya perwakilan Indonesia, tapi saya sama sekali tidak merasa kesepian, malah sangat menarik, karena bisa belajar mengenai negara lain, dan juga bisa mengenalkan Indonesia kepada mereka”, jelas Khairani.

“Kita sering sharing soal pelajaran, sistem kesehatan, bahasa, budaya, sampai makanan negara kita masing-masing. Kebetulan kemarin waktu saya di sana bertepatan juga dengan hari ulang tahun saya. Jadi teman-teman ternyata menyiapkan kejutan untuk saya, membelikan kue dan lilin, dan membangunkan saya tengah malam untuk merayakannya. Ini adalah salah satu dari banyak sekali pengalaman mengesankan yang saya alami disana”, tutupnya. (SV/dyn)

Tag:

Artikel Terkait:

Tinggalkan komentar: