Materi Kuliah

Materi Genre Pendidik Sebaya

Gambar ilustrasi dari canva
Materi ini lanjutan dari materi yang sebelumnya anda lihat… Mohon maaf, ketikan tidak beraturan. Silakan di edit.

V.   Persiapan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya

Persiapan yang harus dilakukan oleh Pendidik Sebaya sebelum melakukan penyuluhan:

1.     Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari buku panduan yang telah dimiliki maupun bacaan lainnya;

2.     Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan dibicarakan, misalnya alat peraga, contoh-contoh kasus, kliping koran, dan lain-lain

3.     Tempat pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja asalkan nyaman buat Pendidik Sebaya dan kelompoknya. Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus. Bisa dilakukan di teras masjid, di bawah pohon yang rindang, diruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, dan sebagainya. Tempat pendidikan sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu-lalang dan jauh dari kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan.

VI.  Penyelenggaraan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya

1.  Jumlah ideal remaja/mahasiswa pada kegiatan penyuluhan sebaya diikuti oleh tidak lebih dari 12 peserta agar setiap peserta mempunyai kesempatan bertanya. Bila peserta terlalu banyak, tanya jawab menjadi kurang efektif, dan remaja/mahasiswa tidak akan mendapatkan pemahaman serta pengetahuan yang cukup memadai

2.  Pendidik Sebaya (PS) mencari teman sebaya yang berminat terhadap kesehatan reproduksi. Hindari cara-cara pemaksaan. Para peserta harus bersedia mengikuti seluruh pertemuan yang telah disepakati.

3.  Untuk dapat memahami keseluruhan materi program PKBR, paket pertemuan sekurang-kurangnya 8 kali. Setiap kali pertemuan berlangsung antara 2- 2½ jam.

4.  Tempat dan waktu pertemuan ditentukan bersama antara Pendidik Sebaya (PS) danremaja/mahasiswa.

5.  Penyuluhan diberikan oleh dua orang Pendidik Sebaya. Satu pendidik menyampaikan dan memandu diskusi. Satu pendidik lainnya melakukan pencatatan terhadap pertanyaan yang diajukan peserta, observasi tentang proses diskusi, serta membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Pendidik Sebaya pertama. Peran Pendidik Sebaya dilakukan bergantian dengan tujuan agar setiap pendidik mempunyai kesempatan untuk menyampaikan informasi dan memandu diskusi. Selain itu mereka juga bisa saling memberikan umpan balik selama menjadi pemandu.

6.  Pendidik Sebaya memulai acara dengan menyampaikan materi selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya digunakan untuk diskusi dan menampung pertanyaan.

7.  Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, jawaban bisa ditunda untuk ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa dokter/paramedis, tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan lain-lain.

8.  Topik-topik yang perlu dibahas antara lain:

a.    8 fungsi keluarga

b.    Pendewasaan Usia Perkawinan

c.    Triad KRR

d.    Life Skills

VII.  Penyampaian Materi PKBR oleh Pendidik Sebaya Dalam Kelompok Besar

Pendidik Sebaya yang telah terlatih untuk memberikan atau menyampaikan informasi program PKBR dalam kelompok yang kecil dapat meningkatkan kemampuannya pada kelompok yang lebih besar. Disebut kelompok besar bila jumlah peserta lebih dari 50 orang. Kegiatan ini sering disebut dengan penyuluhan. Contoh kegiatan ini adalah:

1.     Ceramah di sekolah;

2.     Ceramah pada peringatan hari-hari khusus, misalnya acara Tujuh Belas Agustus, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya;

3.     Penyuluhan kader di desa/kelurahan;

4.     Penyuluhan pada organisasi kemasyarakatan, misalnya: pramuka, karang taruna, pengajian, remaja gereja, dan sebagainya.

Dalam menghadapi kelompok besar, hal-hal yang harus diperhatikan oleh Pendidik Sebaya sebelum penyuluhan, adalah sebagai berikut:

1.    Kesiapan Pribadi

a.      Membaca materi yang akan disampaikan;

b.      Cari informasi mengenai peserta penyuluhan;

c.      Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan keadaan peserta penyuluhan;

d.      Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih diri untuk kegiatan ceramah;

2.    Pengaturan Tempat

a.      Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang memudahkan interaksi antara pendidik dan peserta.

b.      Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet kebelakang seperti di kelas/sekolah. Idealnya kursi tersusun membentuk huruf “U “.

3.    Alat Bantu

a. Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu, misalnya: LCD, laptop, pengeras suara (microphone), jaringan listrik, dan sebagainya. Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.

b.   Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang digunakan dapat dilihat oleh semua peserta dengan mudah.

c.   Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah baris kalimat dalam setiap tampilan tidak lebih dari 7 baris ke bawah.

d.   Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang jelas

       agar mudah terbaca.

4.    Tiba di tempat penyuluhan lebih awal (+ 15-30 menit) untuk memeriksa fasilitas alat bantu.

Pada saat penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.      Perkenalkan diri sebelum memulai penyuluhan.

b.      Secara singkat, jelaskan tujuan dari topik yang akan disampaikan.

c.      Sampaikan informasi secara menarik, berbicara singkat dan mudah dimengerti. Sisipkan humor-humor segar.

d.      Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh peserta. Hindari nada suara yang datar. Jangan bicara terlalu cepat.

e.      Kemukakan hal-hal yang penting terlebih dahulu.

f.       Tekankan hal-hal yang perlu diingat.

g.      Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing, misalnya: dischargeovum, dan lain-lain.

h.     Pada awal penyampaian dan setiap pergantian topik, jangan lupa gali pengetahuan peserta dengan cara memberikan 1 – 2 pertanyaan terkait. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya komunikasi satu arah.

VIII.       Kiat-kiat Sukses Menjadi Pendidik Sebaya

1.    Mau terus belajar dan memperluas wawasan.

2.    Rajin mencari informasi tambahan.

3.    Menyisipkan humor dalam pemberian materi.

4.    Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan suasana pembelajaran.

5.    Terbuka akan kritik dari peserta

6.    Pendidik Sebaya harus melakukan hal-hal berikut:

a.      Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran;

b.      Menguasai materi;

c.      Melibatkan semua peserta dalam kegiatan pembelajaran;

d.      Menggunakan alat bantu;

e.      Berbicara dengan jelas dan lantang;

f.       Memancing pertanyaan dari peserta pertemuan;

g.      Mengatur waktu dengan cermat;

h.     Duduk dalam lingkaran agar bisa memandang satu sama lain;

i.       Menjaga kontak mata dalam bicara;

j.       Memperhatikan bahasa tubuh peserta;

k.      Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta;

l.       Bersikap sabar tapi percaya diri.

7.    Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:

a.      Membelakangi peserta;

b.      Meremehkan komentar dan pendapat peserta;

c.      Membaca materi-materi, sebaiknya materi sudah dipahami;

d.      Berbicara dengan nada keras kepada peserta;

e.      Menggurui;

f.       Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja, sebaiknya memandang kepada keseluruhan secara bergantian;

g.      Menghakimi.

IX.  Contoh-Contoh Penyampaian Materi oleh Pendidik Sebaya

A.   Contoh 1: Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya

1.    Katakan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas mengenai alat alat reproduksi manusia.

2.    Bagikan gambar peta buta alat reproduksi perempuan dan laki-laki, minta peserta untuk menuliskan nama-nama dari alat reproduksi yang telah ditentukan. Minta beberapa peserta untuk mengemukakan jawaban mereka.

3.    Tayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi perempuan dan laki-laki yang telah dilengkapi dengan nama masing-masing bagian alat reproduksi tersebut. Bahas bersama peserta nama lain yang biasa digunakan di daerah masing-masing.

4.    Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya “indung telur adalah tempat sel telur diproduksi.” Beri kesempatan peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka dan mengajukan pertanyaan.

5.    Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi dan fungsinya.

B.   Contoh 2 : Remaja dan Perkembangannya

1.    Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika mereka memasuki masa akil baligh. Tanyakan kepada mereka tanda-tanda dan perubahan apa yang mereka rasakan, baik fisik maupun perasaan. Bahas pula mengenai isuisu yang terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan masturbasi pada remaja laki-laki, serta menstruasi pada remaja perempuan. Tanyakan pengalaman dan penghayatan peserta ketika mengalami perubahan dan berbagai tanda tadi. Tekankan kepada peserta bahwa semua hal tersebut wajar terjadi pada seorang remaja.

2.    Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mendiskusikan pengalaman-pengalamannya.

C.   Contoh 3 : Seksualitas dan Jender

1.    Lakukan permainan mengenai kelahiran bayi. Minta seorang peserta perempuan berperan sebagai ibu yang baru melahirkan. Minta peserta tersebut duduk sambilmenggendong bayinya (boneka), disebelahnya peserta lain diminta berperan sebagai suaminya.Beberapa peserta diminta menjadi tamu dan menanyakan berbagai hal sehubungan dengan kelahiran bayi. Misalnya, “bayimu laki-laki atau perempuan?” jika besar nanti, kamu ingin anakmu menjadi apa?” dsb. Para tamu diminta pula untuk mengomentari jawaban pasangan suami istri tersebut.

2.    Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari permainan tadi. Kemudian pelatih menjelaskan beda antara “seks” dan “jender.” Gunakan lembar transparan bertuliskan definisi kedua kata tersebut. Jelaskan pula mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan mengenai konsep lain yang terkait, seperti: kesehatan seksual, hakhak reproduksi, dll. Berikan contoh-contoh kongkrit sebanyak mungkin. Kaitkan dengan perkembangan seksual remaja dan ketimpangan jender yang ada. Jangan lupa memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Pertanyaan peserta mungkin meluas hingga keaspek perilaku seksual suatu daerah tertentu, misalnya “Sifon” di Nusa Tenggara Timur (mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah seorang laki-laki di khitan) atau budaya penggunaan “tongkat Madura” (semacam batang kayu yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap cairan vagina).

D.   Contoh 4 : Hubungan Seksual, Kehamilan dan Pencegahannya, Aborsi

1.    Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya adalah hubungan seksual, kehamilan dan pencegahannya, serta aborsi.

2.    Lakukan curah pendapat tentang apa yang dimaksud dengan hubungan seksual. Lengkapi jawaban dengan penjelasan bahwa hubungan seksual dalam bahasan ini merujuk kepada ekspresi/tindakan seksual yang berpeluang besar untuk terjadinya kehamilan. Misalnya dengan mendekatkan, menggesekkan, memasukkan sebagian atau seluruh penis ke dalam vagina memungkinkan masuknya sperma ke dalam vagina.

3.    Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok kecil masing-masing 4-5 orang. Minta kelompok untuk membahas proses terjadinya suatu kehamilan. Beri peserta waktu 15 menit untuk mendiskusikan dan menyiapkan hasil diskusi kelompoknya untuk dipresentasikan.

4.    Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan lembar balik transparan tentang proses kehamilan.

5.    Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih pada pembahasan mengenai pencegahan kehamilan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai metode/cara untuk mencegah kehamilan. Ajak peserta untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini. Pelatih perlu menjelaskan bahwa cara pencegahan kehamilan terbagi dalam cara alami (misalnya, metode kalendar/pantang berkala, senggama terputus, pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern (kondom, AKDR/IDU/Spiral, pil, suntik, susuk, PKPK/pil kontrasepsi pencegah kehamilan, sterilisasi). Gunakan buku Pedoman Kesehatan Reproduksi sebagai rujukan. Lakukan tanya jawab.

6.    Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Lontarkan pertanyaan: “Kondisi dan alasan apa saja yang membuat suatu kehamilan tidak diinginkan?” Lakukan pembahasan dengan merujuk buku Pedoman Kesehatan Reproduksi mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta untuk memberikan contoh-contoh yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal.

7.    Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam pembicaraan ini, lakukan permainan pendahuluan “jaring laba-laba.”Minta enam peserta untuk menjadi relawan. Satu peserta diminta berperan sebagai Remaja Putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, karenanya ingin menggugurkan kandungannya. Lima peserta lainnya berdiri mengelilinginya. Peserta lain diminta menjadi observer. Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat Remaja Putri tersebut. Katakan bahwa Remaja Putri adalah murid SMU kelas 2 yang dihamili dan ditinggal pergi oleh pacar. Pelatih menanyakan pertanyaan sebagai berikut: “Mengapa Remaja Putri memutuskan untuk menghentikan kehamilannya?”

8.    Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban. Untuk setiap jawaban yang dampaknya memberatkan Remaja Putri, minta para peserta yang mengelilingi untuk menjeratkan tali secara bergiliran pada tubuh Remaja Putri. Semakin banyak jawaban yang memberatkan Remaja Putri semakin banyak jeratan pada tubuhnya. Kemudian pancing pendapat peserta bagaimana mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap jawaban yang memberikan pemecahan persoalan, membuka jeratan yang melingkar di tubuh Remaja Putri. Setelah permainan selesai, ajak peserta untuk merenungkan dan memberikan pendapat mengenai makna dari permainan tadi. Terangkan bahwa ada dua jenis aborsi, yaitu aborsi spontan dan aborsi yang disengaja.

9.    Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai aborsi aman dan aborsi tidak aman. Terangkan mengenai macam-macam aborsi yang tidak aman, seperti pijatan, minum jamu atau obat-obatan, loncat-loncat, dll. Jelaskan pula bahwa aborsi yang aman dilakukan oleh petugas medis karena alasan keselamatan ibu. Berikan kesempatan pada peserta untuk mengemukakan pendapatnya.

E.   Contoh 5: Topik Infeksi Menular Seksual (IMS)

1.  Katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih kepada topik IMS. Bagi peserta ke dalam kelompok kecil masing-masing 4 orang. Minta setiap kelompok untuk membahas macam-macam IMS yang mereka ketahui dan cara pengobatan yang biasa dilakukan di daerah masing-masing. Setelah 10 menit, minta salah seorang wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

2.  Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan menjelaskan dan menayangkan lembar transparan berisi mengenai macam-macam IMS, gejala, masa inkubasi, efeknya dan cara pengobatan. Gunakan pula rujukan dari Panduan Kesehatan Reproduksi. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

Baca materi sebelumnya di bloggerkalteng.id

Tag:

Artikel Terkait: