Pemilihan Gubernur Kalteng 2020 dalam obrolan netizen

Sikap antusias Netizen Kalteng menghadapi Pilgub 2020 mendatang perlu untuk diapresiasi, karena salah satu fungsi mereka dalam tahap ini adalah sebagai media branding yang efektif.

Oleh

Yandi Novia

Update on:

pixabay

Oleh : Yandi Novia*

Politik selalu menarik untuk dibahas. Siapapun itu dalam hal politik mempunyai sisi kebebasan dalam berargumentasi. Perbedaan inilah kemudian yang akan melahirkan gagasan baru dalam politik. Istilah zoon politikon yang dikemukakan oleh Aristoteles memberikan penjelasan bahwa dalam kehidupan sosial atau interaksi antar dua orang atau lebih pasti akan terlibat dalam hubungan politik. Dalam hal ini, politik bagi Aristoteles adalah suatu kecenderungan alami yang tidak dapat di hindari.

Kondisi kekinian dalam era keterbukaan akses dan keterbukaan informasi memudahkan masyarakat terlibat aktif dalam hiruk-pikuk politik. Misalnya, menjelang Pemilihan Gubernur Kalimantan Tengah tahun 2020 mendatang, netizen Kalteng sudah ramai mengeluarkan statement politiknya di media sosial, terutama facebook.

Bagaimana perkembangan internet?

Survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018 menunjukkan bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 64,8% atau sebanyak 171,17 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia 264,16 juta orang.

Kontribusi pengguna internet di wilayah Kalimantan sendiri 6,6% dengan rincian Kalimantan Barat di angka tertinggi yaitu 2,1%, kemudian Kalimantan Timur 1,7%, Kalimantan Selatan 1,6%, Kalimantan Tengah 0,9%, dan terakhir Kalimantan Utara 0,3%.

Dari hasil kontribusi internet di wilayah Kalimantan tersebut, jika dilihat dari penetrasi pengguna internet dari jumlah penduduk, maka Kalimantan Tengah perbandingannya adalah di angka 70% pengguna internet dan 30% tidak pengguna internet. Selain itu, hasil survey APJII juga menempatkan Facebook di angka 50,7% media sosial yang paling sering dikunjungi oleh pengguna internet di Indonesia, diikuti Instagram 17,8%, kemudian YouTube 15,1%, Tritter 1,7% dan 0,4% pengguna internet di Indonesia menggunakan LinkedIn.

Kalau diamati dari hasil survey tersebut, maka masyarakat Kalimantan Tengah termasuk dalam kategori tinggi dalam perbandingan antara pengguna internet. Sedangkan Facebook menjadi media sosial yang paling banyak diakses atau digunakan.

Bagaimana peran netizen di pilgub kalteng 2020?

Agenda besar netizen atau pengguna aktif media sosial facebook Kalimantan Tengah saat ini sedang ramai membahas peta dan gerakan politik menjelang Pilgub 2020. Karena saat ini proses Pilgub mulai pada tahap penjaringan, Partai Politik mulai membuka pendaftaran bakal calon, hal ini dimaksud untuk menjaring banyaknya potensi-potensi pemimpin Kalimantan Tengah tidak terbatas hanya pada kader partai politik itu sendiri. Sehingga masyarakat secara luas berkesempatan yang sama untuk bisa mencalonkan sebagai calon gubernur ataupun wakil gubernur.

Kemudian, proses selanjutnya adalah paparan visi misi oleh para calon di masing-masing partai Politik. Hal ini dimaksud untuk mendalami lebih lanjut visi misi dan program-program strategis para calon, kemudian untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana keseriusan mereka. Dalam hal ini partai politik mempunyai mekanisme tersendiri, baik dengan bertanya langsung ke calon maupun calon yang memaparkan secara luas dan detail tentang visi misinya.

Lalu, bagaimana dengan peran masyarakat sampai pada tahap ini? Sebut saja misalnya Netizen atau pengguna aktif media sosial, terutama facebook. Jika diamati lebih lanjut, maka fakta yang akan ditemui adalah massifnya Netizen ngobrol soal Pilgub 2020 di media sosial. Tentu, dari latar belakang yang berbeda, misalnya  berbagai disiplin ilmu, perbedaan bidang pekerjaan, akademisi, petani, nelayan, buruh, dan kelompok masyarakat lainnya. Unik, asyik, dan menarik memang untuk dicermati. Karena, dengan perbedaan latar belakang itu menjadikan obrolan semakin berkembang.

Sikap antusias Netizen Kalteng menghadapi Pilgub 2020 mendatang perlu untuk diapresiasi, karena salah satu fungsi mereka dalam tahap ini adalah sebagai media branding yang efektif untuk memposisikan bakal calon gubernur atau wakil gubernur sesuai dengan harapan mereka. Dalam situasi demikian akan terbentuk kelompok-kelompok kecil yang satu harapan dan saling mendukung satu sama lainnya.

Branding dari Netizen yang terbentuk dari kelompok-kelompok sepaham itulah kemudian akan meningkatkan popularitas bakal calon gubernur. Bahkan kelompok-kelompok kecil ini akan terus berkembang seiring dengan jangkauan konten (status facebook) yang semakin luas. Hasilnya, Netizen dari berbagai wilayah menyuarakan hal yang sama. Gerakan mereka, bukan gerakan terstruktur dalam artian bukan sekelompok netizen “ciptaan”, melainkan memang benar-benar lahir dari hasil pemikiran dan harapan mereka. Selain itu, netizen juga berperan dalam “menguliti” popularitas bakal calon. Karena dalam obrolan di media sosial, akan ada pihak pro dan pihak kontra. Dari kelompok inilah kemudian terjadi proses tukar informasi dan bahkan obrolan ringan saling melempar opini terhadap masing-masing bakal calon yang dijagokan.

Proses aktifnya netizen dalam membahas politik, merupakan pengembangan budaya politik partisipan. Karena budaya politik partisipan mengharuskan masyarakat terlibat aktif di dalam proses politik dan kegiatan politik, tidak hanya di dalam pemilu tetapi lebih khusus lagi di dalam pembuatan kebijakan.

Dalam hal ini, KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu selalu mengkampanyekan agar masyarakat tidak Golput dan masyarakat diminta untuk menggunakan hak pilihnya. Tentu hal ini sebagai upaya untuk mendorong demokrasi yang baik dan mendorong ikut sertanya masyarakat menentukan nasib bangsa ini ke depan.

Harapannya dengan aktifnya masyarakat di media sosial, ngobrol soal politik terutama terkait Pilgub Kalteng 2020 menjadikan suasana demokrasi semakin semarak dan menambah angka partisipasi Pemilu semakin tinggi.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian bersama adalah agar tidak melakukan kampanye hitam dengan melakukan tidakan SARA, tidak menghina calon lainnya, tidak saling menghujat antar pendukung, dan selalu berupaya berdiskusi dengan santai dengan pendekatan pertemanan.

Yandi Novia | Blogger Kalteng

Yandi Novia

Pada tahun 2010 saya memulai membangun sebuah blog. Belajar menulis, mengedit, dan belajar hal-hal baru seperti desain grafis dengan corel draw, membangun web hingga menerima jasa pembuatan web, video editing, dan content creator. Saya juga pekerja freelance pada bidang komunikasi dan mobilisasi sosial. Mari Berteman!

Pos Terkait:

Tinggalkan komentar: